BENTUK DAN STRUKTUR BANGUNAN PADA MASA KLASIK DI SUMATRA DAN JAWA BERDASARKAN TEMUAN GENTING [Classic Period Building Form and Structure In Sumatra and Java Based on The Roof Tiles Findings]
Main Article Content
Abstract
All this time, there’s an assumption that the use of tile roofs in the archipelago was brought around the 20th century by the Dutch, but archaeological evidence shows that the use of roof tiles has been known long before. This is known from several precarious findings in the former kingdom of Samudera-Pasai, Padang Lawas, Muaro Jambi and in the former capital of Majapahit kingdom. There’s not much information to explain how far the roof tiles has been used in Sumatra and Java over classical times, such as what kind of buildings used roof tiles at that time, because of the very limited findings. Several fragments that found in the archaeological research were analyzed and compared with the findings on the spot and compared with several recent building finds. The aim is to see the functions, how to use it and how was the connection with the supporting building around it. The use of tile in the past was still very limited, considering that organic materials for roofs are still widely available and only important building could use these expensive commodity. Recently, the use of tile in the archipelago has become more common because of the efficiency, more presentable, durable and cheaper than the organic materials.
Selama ini terdapat anggapan bahwa pemakaian atap genting di nusantara dikenalkan oleh Belanda pada sekitar abad ke- 20, namun bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa penggunaan genting telah dikenal jauh sebelumnya. Hal ini diketahui dari beberapa temuan genting di bekas kerajaan Samudera- Pasai, Padang Lawas, Muaro Jambi dan di bekas ibukota kerajaan Majapahit. Tidak banyak informasi yang didapat untuk melihat seberapa jauh penggunanan genting sebagai atap di Sumatera dan Jawa pada masa-masa klasik, serta bangunan-bangunan seperti apa yang menggunakan atap genting pada saat itu, mengingat jumlahnya temuannya sangat terbatas. Beberapa fragmen genting berhasil ditemukan dalam penelitian arkeologis yang dilakukan, selanjutnya temuan tersebut, dianalisis serta dibandingkan dengan temuan-temuan di tempat serta dibandingkan dengan beberapa temuan bangunan pada masa belakangan. Tujuannya adalah untuk mengetahui fungsi, tata cara penggunaan serta bagaimana kemungkinan struktrur bangunan pendukungnya. Penggunaan genteng pada masa lalu masih sangat terbatas, mengingat ketersediaan bahan-bahan organis untuk atap masih banyak tersedia. Penggunaan genting pada masa lalu terbatas hanya untuk bangunan-bangunan penting karena genting masih dianggap sebagai komoditas yang cukup mahal. Belakangan penggunaan genteng di nusantara semakin umum karena penggunaan atap genteng dianggap lebih efisien, rapi, awet dan lebih murah karena bahan-bahan organis semakin sulit didapat
Downloads
Article Details
References
Hudson 2007. Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory. Plymouth: Rowman and Littlefield Publishers, Inc
Rahadhian, PH Dr, dan Richard, Antonius. 2013 Kajian Arsitektural Percandian ‘Kayu’ pada Masa Klasik Tengah dan Muda di Jawa (Identifikasi). Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.
Rangkuti, Nurhadi. 2008. Buku Panduan Analisis Keramik. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
Rury Nila dkk. 2015. Pengaruh Material Dan Bentik Atap Rumah Tinggal Terhadap Suhu Di Dalam Ruang, dalam AGORA, Jurnal Arsitektur, Volume 15, Nomor 1, Juni 2015
Sihotang, Korina M. dkk 2019 Tipologi Fasad Rumah Adat Bataj Toba dalam Jurnal Arsitektur ALUR - Vol.2 No.2 September
Surachman, Heddy. 2010. “Pusat Peradaban Islam Samudera Pasai, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Tahap II).” Jakarta.
Sudarmadji, 2014. Analisa Sisi Positif Dan Negatif Pemilihan Bentuk Atap Berpenutup Genteng Untuk Rumah Tinggal, dalam PILAR Jurnal Teknik Sipil, Volume 10, No. 1, Maret 2014 ISSN: 1907-6975
Tanudirjo, Daud. 2009. Memikirkan Kembali Etnoarkeologi dalam Jurnal Penelitian Arkeologi Papua dan Papua Barat. Balai Arkeologi Papua, 2 hal. 1- 15.
Triyadi, Sugeng dan Andi Harapan. 2008 Kearifan Lokal Rumah Vernakular Di Jawa Barat Bagian Selatan Dalam Merespon Gempa dalam Jurnal Sains dan Teknologi EMAS, Vol. 18, No.2, Mei 2008
Utomo, Bambang Budi. 2011. Kebudayaan Zaman Klasik Indonesia Di Batang Hari. Jambi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi.
Watimena, Lucas. 2014. Rumah Adat Di Pesisir Selatan Pulau Seram, Maluku. Tinjauan Awal Etnoarkeologi, dalam Humaniora, Vol. 26 No 3 Oktober 2014 hal 266-275
Internet :
(sumber gambar : homeidb.com; interiorminimalis.net; gomallard.com; rumahalami.blogspot.com)
Septana Bagus Pribadi, ST, MT Staff pengajar Jurusan Arsitektur FT Undip *) Tulisan ini dimuat di Rubrik Bale, Harian Suara Merdeka
http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/11/21/bangunan-rumah-pada-relief-candi-borobudur/
https://manma.fib.ugm.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/MG_6917.jpg
https://www.123rf.com/photo_42802163_ancient-roof-tile-of-thai-temple.html
https://lh6.googleusercontent.com/proxy/JbhXJwQLwRwLLXstclqIP60NR-qeq0MD2qEUYNRxeXLfx9XeSDS87Vq5w8aKTy17dBa0EJwPe_c-jhJ4qeff0g
Kompas.com, Tribun bali 21/01/20