ARKEOLOGI LANSKAP: IDENTIFIKASI KAWASAN TAMBLINGAN SEBAGAI PERMUKIMAN [Landscape Archaeology: Identification of The Tamblingan Area as A Settlement]
Main Article Content
Abstract
Tamblingan site is one of the sites in Bali that located at an altitude of 1,350 above sea level. Tamblingan site contains a high cultural layer, especially Ancient Bali remains. The problem that would revealed is how the landscape at Tamblingan Site is ideal as a settlement, supported by archaeological evidence to strengthen it. Data collection is done by literature study, both search for internet sources and e-journals that focusing discuss of Tamblingan Site. Tamblingan area is a fertile plateau, its morphology is in the form of a mountain range with Lake Tamblingan as an old caldera containing rainwater. the topography also varies and allows it to be used as a settlement. From the results of the study conducted it was proven that the Tamblingan area is a fertile land area, besides that also the forest and Lake Tamblingan provide various needs to support daily life.
Tamblingan merupakan satu wilayah di Bali yang berada di ketinggian 1.350 meter di atas permukaan laut. Tamblingan juga dikenal sebagai situs arkeologi karena menyimpan banyak tinggalan arkeologi terutama dimasa Bali Kuno. Dalam penelitian ini permasalahan yang ingin diungkap dan dipecahkan adalah bagaimana bentanglahan atau lanskap kawasan Tamblingan sehingga daerah ini ideal untuk dijadikan sebagai lokasi hunian atau permukiman, ditunjang dengan bukti-bukti arkeologis untuk menguatkannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi lanskap di wilayah Tamblingan sehingga daerah ini dipilih sebagai kawasan hunian dimasa lalu. Metode Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, baik itu penelusuran sumber internet maupun beberapa jurnal cetak dan online yang mengulas mengenai Situs Tamblingan. Kawasan Tamblingan adalah dataran tinggi yang subur, morfologinya berupa deretan pegunungan dengan Danau Tamblingan sebagai kaldera tua yang berisi air hujan. topografinya juga bervariasi dan memungkinkan untuk digunakan sebagai permukiman. Dari hasil studi yang dilakukan terbukti bahwa kawasan Tamblingan merupakan wilayah yang memiliki lahan yang subur, selain itu juga hutan dan Danau Tamblingan menyediakan berbagai keperluan untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Downloads
Article Details
References
Bagus, A.A. Gede. 1995. “Kerajinan Masyarakat Tamblingan Kuno.” Forum Arkeologi No. 2 (8): 19-31.
----------------------------. 2013. "Perkembangan Peradaban di Kawasan Situs Tamblingan." Forum Arkeologi No. 21 (26): 1-16.
Butzer, Karl. W. 1971. Environment and archeology: An ecological approach to prehistory. Aldine-Atherton. Chicago.
Branton, Nicole. 2009. “Landscape Approaches in Historical Archaeology: The Archaeology of Places.” International Handbook of Historical Archaeology, T. Majewski, D. Gaimster (eds.). Springer, New York. New York: page 51-65.
Ekawana, I Gusti Putu, M.M Soekarto K. Atmodjo, Machi Suhadi. 1990. “Laporan Penelitian Epigrafi Bali Tahap II” dalam Berita Penelitian Arkeologi. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Fleming, Andrew. 2006. Post-processual Landscape Archaeology: A Critique. Cambridge Archaeological Journal 16:3, 267–80. McDonald Institute for Archaeological Research.
Geria, I Made. 1993. "Ritus Memendak Taulan, Salah Satu Aspek Budaya Kesatuan Wilayah Tamblingan Kuno." Forum Arkeologi No. 1 (6): 45-53.
----------------. 2006. "Kajian Arkeologi Lanskap Tantangan Kedepan Dalam Pelestarian Warisan Budaya Bali." Forum Arkeologi No. 1 (19): 8-18.
Handoko, Wuri 2008. “Kajian Arkeologi Lanskap dalam Konteks Kajian Arkeologi Lanskap dalam Konteks Penelitian Situs-situs Negeri Lama di Maluku: Sebuah Kerangka Metodologi.” Kapata Arkeologi 6 (4): 84-105.
Haribuana, I Putu Yuda. 2012. "Melacak Sumber Logam di Situs Tamblingan." Forum Arkeologi No. 1 (26): 76-84.
Indriyani, N.M.P dan A.D.N Makalew. 2020. “Ecotourism Landscape Planning in Nature Tourism Park of Buyan – Tamblingan Lakes Tabanan and Buleleng Regency Bali Province.” The 4th International Symposium of Sustainable Landscape Development. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kluiving & Guttmann-Bond, E. (Eds.). (2012). Landscape Archaeology between Art and Science; From a Multi- to an Interdisciplinary Approach. LHS Amsterdam University Press. Amsterdam.
Laksmi, Ni Ketut Puji Astiti. 2014. “Kehidupan Ekonomi Pada Masa Udayana.” Dalam Raja Udayana Warmadewa: Nilai-Nilai Kearifan Dalam Konteks Religi, Sejarah, Sosial Budaya, Ekonomi, Lingkungan, Hukum, Dan Pertahanan Dalam Perspektif Lokal, Nasional, dan Universal, disunting oleh I Ketut Ardhana dan I Ketut Setiawan, 289-313. Gianyar: Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Pusat Kajian Bali Universitas Udayana.
Mahaviranata, Purusa. 1995. “Tamblingan Sebagai Sentra Industri Kecil di Sekitar Abad Ke 10-14 Masehi.” Forum Arkeologi No. 2 (8): 11-18.
Mundardjito. 2002. “Pertimbangan Ekologis Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Daerah Yogyakarta.” Wedatama Widya Sastra dan École Française d’Extréme-Orient. Jakarta.
---------------------. 1995. “Kajian Kawasan: Pendekatan Strategis dalam Penelitian Arkeologi di Indonesia Dewasa Ini.” Berkala Arkeologi 15(3): 24–28.
Renfrew, Collin. 2005. Archaeology: The Key Concepts. Eds. Colin Renfrew and Paul Bahn. Routtledge. London and New York.
Ririmasse, Marlon NR. 2007. “Ruang Sebagai Wahana Makna: Aspek Simbolik Pola Tata Ruang dalam Rekayasa Pemukiman Kuna di Maluku.” Kapata Arkeologi 5 (3): 72-106.
S. Campana. 2009. Archaeological site detection and mapping: Some thoughts on differing scales of detail and archaeological ‘non-visibility’. Seeing the Unseen Geophysics and Landscape Archaeology eds. Stefano Campana and Salvatore Piro. CRC Press.
Setiawan, I Ketut. 2011. “Usaha-Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup Pada Masyarakat Bali Kuno Berdasarkan Rekaman Prasasti.” Jurnal Bumi Lestari No. 2 (11): 355-259.
Soejono, R.P. 1992. Jaman Prasejarah Indonesia. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. P.N Balai Pustaka.
Suantika, I Wayan. 1993. “Ekskavasi Situs Arkeologi Tamblingan, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng”, dalam Laporan Penelitian Arkeologi. Balai Arkeologi Denpasar.
-----------------------. 1997. "Permukiman Kuno di Tepian Danau-Danau di Bali." Forum Arkeologi No 1 (10): 29-38
Suarbhawa, I Gusti Made. 1995. "Tamblingan Dalam Rekaman Prasasti." Forum Arkeologi No. 2 (8): 1-10.
---------------------------------. 2010. “Satu Lempeng Prasasti Tamblingan.” Forum Arkeologi No. 3 (23): 595-622.
--------------------------------. 2014. “Kearifan Pengelolaan Lingkungan Pada Zaman Raja Udayana.” Dalam Raja Udayana Warmadewa: Nilai-Nilai Kearifan Dalam Konteks Religi, Sejarah, Sosial Budaya, Ekonomi, Lingkungan, Hukum, Dan Pertahanan Dalam Perspektif Lokal, Nasional, dan Universal, disunting oleh I Ketut Ardhana dan I Ketut Setiawan, 314-328. Gianyar: Pemerintah Kabupaten Gianyar dan Pusat Kajian Bali Universitas Udayana.
Suhadi, Machi. 1986. “Data Prasasti Untuk Ekologi” dalam PIA IV: Manusia, Lingkungan Hidup dan Teknologi. Proyek Penelitian Purbakala Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Sumartono. 2005. “Penyelidikan Geokimia Regional Sistematik Lembar Denpasar Dan Mataram Provinsi Bali”, Kolokium Hasil Lapangan–DIM 2005.
Sunarya, I Nyoman. 1993. “Kelompok Pande Dalam Beberapa Prasasti Bali.” Forum Arkeologi No. 1 (6): 64-70.
Sutaba, I Made, 2007. Situs Tamblingan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng bekerjasama dengan Balai Arkeologi Denpasar.
Tanudirdjo, Daud Aris. 2019. “100 Tahun Pasca Pemugaran Candi Borobudur, Trilogi I: Menyelamatkan Kembali Candi Borobudur.” Cetakan ke-5, diterbitkan oleh Balai Konservasi Borobudur. Magelang.
Utami, Luh Suwita. 2010. “Upacara Payascitta Keseimbangan Masyarakat Tamblingan dengan Alam”. Forum Arkeologi No. 1 (23): 163-175.
Yuwono, J. Susetyo Edy. 2007. "Kontribusi Aplikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Berbagai Skala Kajian Arkeologi Lanskap." Berkala Arkeologi No. 2 (XXVII): 107-136.
Vink, AP.A., 1983, Landscape Ecology and Landuse, London – New York: Longman.