Makna Motif Hias Sirih Gadang Pada Ukiran Bangunan Tradisional Minangkabau

Main Article Content

Eny Christyawaty

Abstract

Abstract
This essay is aimed at discovering the meaning of decoration motif of betel on minangkabau traditional bulding carving and the importance of piper betle in Minangkabu customs. The research result show that such motif was inspired by vegetations on the surrounding environments. Furthermore, the motif predated pre-historic era, which is proven by the similiarity of the shape of piper betle motif on menhir which is megalith heritage in Limapuluh regency. Not only does this motif have aesthetical values but also a representation of joy, friendship and unity. Furthermore, such motif also suggests that piper betle was a sacred and highly significant piece of cultural items. Present use of piper betle in every Minangkabau social traditional activity proves further of such significance.

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui makna motif hias sirih gadang pada bangunan tradisional Minangkabau dan arti penting sirih (piper betle) dalam adat budaya Minangkabau. Hasil kajian menunjukkan bahwa motif sirih gadang pada ukiran bangunan tradisional diinspirasi dari tumbuhan yang ada di alam sekitar. Selain itu, motif ini sebenarnya berakar dari masa prasejarah. Hal ini dibuktikan dengan adanya kemiripan bentuk motif sirih pada ukiran dengan motif hias pada menhir yang merupakan tinggalan budaya megalitik di Kabupaten Limapuluh Kota. Motif ini bukan hanya mempunyai nilai estetis, tapi juga menyimbolkan kegembiraan, persahabatan, dan persatuan. Munculnya motif hias sirih gadang pada ukiran tradisional Minangkabau menunjukkan bahwa sirih merupakan benda budaya yang sangat penting dan bahkan sakral. Hal ini dikuatkan dengan adanya penggunaan sirih (piper betle) dalam setiap kegiatan adat masyarakat Minangkabau hingga masa sekarang.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Christyawaty, Eny. 2018. “Makna Motif Hias Sirih Gadang Pada Ukiran Bangunan Tradisional Minangkabau”. Berkala Arkeologi Sangkhakala 14 (2). Medan, Indonesia, 227-39. https://doi.org/10.24832/bas.v14i2.147.

References

Amir, MS. 1999. Adat Minangkabau: Pola dan tujuan hidup orang Minang. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Azis, Fadhila Arifin dan Darwin Alijasa Siregar. 1997. “Pertanggalan Kronometrik isa Rangka Manusia dan Situs Bawah Parit Mahat, Sumatra Barat.” Jurnal Arkeologi Siddhayatra, Nomor 1/11: 12 – 22.

Bahar, Yusfa Hendra. 2008. ‘Rumah gadang ukiran cino Simalanggang.” Amoghapasa, edisi 12: 32-5.

Effendi, Samsoeri. 1982. Ensiklopedi Tumbuh-tumbuhan (Berkhasiat Obat yang Ada di Bumi Nusantara). Surabaya: Karya Anda.

Ernatip, 2003. “Sirieh.” Suluah, Volume 3, Nomor 4: 98-106.

Haviland, William A. 1988. Antropologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Herwandi. 2010. ”Menhir dan Akar Budaya Pola Hias Minangkabau.” http://herwandy-wendy.blogspot.com

Keesing, Roger M. 1999. Antropologi Budaya: Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: Erlangga

Marsden, William. 2008. Sejarah Sumatra. Jakarta: Komunitas Bambu.

Nastiti, Titi Surti. 2003. Pasar di Jawa masa Mataram Kuno abad VIII – XI Masehi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Navis, AA. 1984. Alam Terkembang Jadi Guru. Jakarta: Grafitipers.

Nurmatias. 1997. “Arsitektur Minangkabau’ dalam Amoghapasa, No.6: 12-5.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1993. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450 – 1680. Jilid 1: Tanah di Bawah Angin. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Soejono, R.P. 1993. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Sonjaya, Jajang. A. 2006. Melacak Batu Menguak Mitos. Yogyakarta: Kanisius.

Susanto, R.M. dan Marsis Sutopo. 1996. Survei Arkeologi Situs Limapuluh Kota, Sumatra Barat. Laporan Penelitian Arkeologi. Medan: Balai Arkeologi Medan dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasioanal (tidak diterbitkan).

Syamsidar. 1991. Arsitektur tradisional daerah Sumatra Barat. Jakarta: Proyek Inventaris dan Penilaian Budaya Depdikbud.

Tim penyusun. 1986. Arsitektur Tradisional Minangkabau Rumah Gadang. Jakarta: Proyek Sasana Budaya, Dirjenbud Depdiknas.

Tim penyunting. 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Wuisman, Jan J.J.M. 2009. “Masa Lalu Dalam Masa Kini: Posisi Dan Peran Tradisi-Tradisi Vernakular Indonesia Dan Langgam Bangunan Masa Lalu.” Masa Lalu Dalam Masa Kini Arsitektur di Indonesia, Peter J.M. Nas ed.: 25 – 47.

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=123070. Diakses tanggal 12 Agustus 2011.

http://zulfikri.orgfree.com/ukiran06.html “Motif Ukiran Minangkabau.”diakses tanggal 11 Agustus 2011.

http://ranahseni.com/mod.php?mod=publish...&artid=149. Diakses tanggal 15 Agustus 2001.

http://www.geolocation.ws/v/P/45456099/situjuh-gadang-situjuah-limo-nagari/en. Diakses tanggal 16 Oktober 2011.