IDENTIFIKASI BUDAYA PRASEJARAH DARI ARTEFAK DI SITUS BUKIT KERANG KAWAL DARAT

Main Article Content

Ketut Wiradnyana

Abstract

The limitedness of artifacts at Kawal Darat I shell-midden site, which only yield short axes, spatula, and pottery fragments with relatively young radio-carbon dates, has obstructed the effort to identify its culture. This is due to assumptions that have always related shell-midden sites to the activities of the bearers of the Hoabinhian culture. In this case, the culture was also characterized by the technology of pebble that were flaked on all sides, known as sumatraliths. The existence of shell-midden, which is assumed to be a part of the Hoabinhian culture with Basconian-typed artifacts, has caused a problem in identifying the site. Using inductive line of thought on the existence of material cultures found at archaeological sites bearing Sonviian, Hoabinhian, and Bacsonian artifacts in Southeast Asia and compare them with the data on the material cultures from Kawal Darat I shell-midden site, it can be interpreted that there had been a transformation of lithic tool technology, which initially originated from a type of technology called Sonviian, to Basconian. Bearing in mind that Hoabinhian has the most complete data among the three types of technology, it seems like the artifacts found at the Kawal Darat I shellmidden site were originated from the Hoabinhian Techno-Complex.

Keterbatasan artefak di situs Bukit Kerang Kawal Darat I, yang hanya menghasilkan kapak pendek, spatula dan fragmen gerabah dengan hasil analisa karbon yang relatif muda, menyulitkan upaya mengidentifikasi budayanya. Hal tersebut disebabkan adanya asumsi yang selalu mengaitkan situs bukit kerang dengan sisa aktivitas pendukung budaya Hoabinh. Budaya dimaksud juga dicirikan dengan teknologi artefaktual berbahan kerakal yang dipangkas di seluruh sisi-sisinya yang dikenal dengan sebutan sumatralith. Keberadan bukit kerang yang diasumsikan sebagai bagian dari budaya Hoabinh dengan artefak temuan yang berciri Bacsonian tersebut menjadikan permasalahan dalam mengidentifikasi situs dimaksud. Dengan alur pemikiran induktif atas keberadaan budaya materi yang ditemukan di situs-situs arkeologi yang teknologinya berciri Sonviian, Hoabinhian dan Bacsonian di Asia Tengara, untuk dibandingkan dengan data budaya materi dari situs Bukit Kerang Kawal Darat I. Maka dapat diinterpretasikan bahwa telah terjadi perubahan teknologi alat litik, yang awalnya bersumber dari teknologi yang disebut Sonviian hingga Bacsonian. Mengingat Hoabinhian memiliki data yang paling lengkap dari ketiga ciri teknologi tersebut, maka artefak yang ditemukan di situs Bukit Kerang Kawal Darat I merupakan hasil dari Tekno Kompleks Hoabinh.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Wiradnyana, Ketut. 2017. “IDENTIFIKASI BUDAYA PRASEJARAH DARI ARTEFAK DI SITUS BUKIT KERANG KAWAL DARAT”. Berkala Arkeologi Sangkhakala 20 (2). Medan, Indonesia, 100-116. https://doi.org/10.24832/bas.v20i2.282.
Author Biography

Ketut Wiradnyana, Balai Arkeologi Sumatera Utara

Lahir 26 April 1966, besar dan sekolah di Negara, Bali. Kemudian melanjutkan pendidikan arkeologi di Universitas Udayana dan antropologi di Universitas Negeri Medan. Gelar Doktor diperoleh dari Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur. Bekerja pada Balai Arkeologi Sumatera Utara sebagai peneliti utama bidang prasejarah dengan kajian peradaban masa mesolitik dan megalitik. Hingga kini masih sebagai anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) dan Asosiasi Prehistorisi Indonesia (API). Aktif dalam penelitian arkeologi di Sumatera bagian utara baik dengan Balai Arkeologi Medan maupun dengan Institute de Recherche pour le Developpment (IRD) Prancis.

References

Chitkament, Thanon. 2006/2007. “Lithic Analysis of Moh Khiew Rockshelter (localityI) in Krabi River Valley, Krabi Province, Southwestern Thailand” tesis Erasmus Mundus Master in Quaternary and Prehistory. Spanyol:Universitat Rovira I Virgili
Forestier, Hubert. 2007. Ribuan Gunung, Ribuan Alat Batu:
Prasejarah Song Keplek, Gunung Sewu, Jawa Timur. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Haviland, William.A. 1988a. Antropologi Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
———. 1988b. Antropologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Koentjaraningrat. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Meacham, William. 1977.”Continuity and Local Evolution inThe
Neolithic of South China: A Non Nuclear Approach” Anthropology Vo.18 No.3. September 1977. Chicago : University of Chicago
Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: PT Radjagrafindo Persada.
Scheurich, James Joseph dan
McKenzie, Kathryn Bell. 2011. “Metodelogi Foucault,
Arkeologi dan Genealogi”. dalam The Sage Handbook of Qualitative Research 2, editor Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 217-47.
Schliesinger, Joachim. 2015. Origin of Man In Southeast Asia Vol.1. Early Migration and Trade Routes. Phnom Phen:Book
Mango
Susanto, Astrid.S. 1979. Pengantar Sosiologi dan Perubahan
Sosial. Bandung: Bina Cipta.
Tarling, Nicholas (ed.) 2008. “From early Time to c 1800” dalam The Cambridge History of Southeast Asia Vol. One. Cambridge Histories Online : Cambridge University Press.
White, Hayden. 2007. “Sebuah Pengantar Untuk Mendekati Foucault”. Hlm. v-xliv dalam Order Of Thing, Arkeologi Ilmu-Ilmu Kemanusiaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winstedt, R.O.1932. “The Prehitory of Malaya” dalam Journal Of Malayan Branch of The Royal Asiatic Society Vol X 1932. Singapore : Printers Limited. Hal. 1-5.
Wiradnyana, Ketut,. dkk. 2009. Laporan Peninjauan
Arkeologis, Bukit Kerang di Kawal Darat, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Medan: Balar Medan (tidak diterbitkan).
Wiradnyana, Ketut. 2011. Prasejarah Sumatera Bagian Utara :
Kontribusinya Pada kebudayaan Kini. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Wiradnyana, Ketut. 2012. “Sebaran Sumatralith Sebagai Indikasi Jarak dan Ruang jelajah Pendukung Hoabinhian”
dalam Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol. 15 No.2 , November 2012. Medan: Balar Medan.