Potensi Kepurbakalaan di Pulo Aceh
Main Article Content
Abstract
Abstract
Pulo Aceh is sub-district in the Regency of Aceh Besar, Aceh Province that consists of groups of islands. In 2002, a survey aimed at inventorying archaeological data in Pulo Aceh was conducted on the two biggest inhabited islands, Nasi and Breuh. The research questions proposed were the potential archaeology and the factors that underlined the varieties of the archaeological remains on the islands of Nasi and Breuh. The research resulted in the discovery of the potentials of Islamic archaeology of cemeteries on the island of Nasi and colonial remains of the Dutch buildings in the island of Breuh. The archaeological differences are concerned with the use of them. The external Breuh Island was used by the Dutch to place their marine navigation surveillance over the Malacca strait and the Weh Island as Sabang free port. The internal Nasi Island was used as a settlement and as the food sustainer to the mainland Aceh.
Abstrak
Pulo Aceh merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh yang terdiri dari gugusan pulau. Pada dua pulau terbesar yang berpenghuni yaitu Pulau Nasi dan Pulau Breuh telah dilakukan survei pada tahun 2002. Tujuan penelitian ini adalah untuk menginventarisir data-data arkeologis di Pulau Aceh. Sedangkan permasalahan yang diajukan adalah mengenai bentuk potensi kepurbakalaan di Pulau Nasi dan Pulau Breuh, serta faktor yang melatarbelakangi perbedaan tinggalan-tinggalan arkeologis di Pulau Nasi dan Pulau Breuh. Survei tersebut menghasilkan potensi kepurbakalaan yang bercorak Islam yang berupa tinggalan makam-makam Islam di Pulau Nasi, dan tinggalan-tinggalan bercorak kolonial yang berupa bangunan-bangunan Belanda di Pulau Breuh. Perbedaan tinggalan-tinggalan arkeologis tersebut terkait dengan pemanfaatan kedua pulau tersebut untuk hal yang berbeda. Pulau Breuh yang letak geografisnya berada pada posisi yang lebih di luar dimanfaatkan oleh Belanda untuk membangun infrastruktur kelautan yang terkait dengan sistem pengawasan navigasi khususnya dalam tujuannya untuk mengawasi perairan Selat Malaka dan Pulau Weh sebagai pelabuhan bebas Sabang. Sedangkan Pulau Nasi yang keletakan pulaunya lebih ke dalam lebih dimanfaatkan sebagai permukiman yang ramai dan juga untuk mendukung ketersediaan bahan pangan di Aceh daratan.
Downloads
Article Details
References
_______, 1998. “Seni Islam: Ikonoklasme, Kaligrafi dan Arabesk” dalam Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu: 181-189
_______, 1998. “Kebudayaan Islam-Aceh di Indonesia” dalam Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu: 235--242
Atmodjo, Junus Satrio dkk. 2004. Vademekum Benda Cagar Budaya. Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar. 2013. Kecamatan Pulo Aceh dalam Angka 2013.
Fajariyatno, Dwi dan Lucki Armanda. 2011. Wonderful Sabang Album Budaya. Banda Aceh: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Banda Aceh.
Ferrand, G. 1913. Relations de Voyages et Textes Geographiques Arabes, Person et Turcr Relatifts a L'Extreme Orient du VIIIe au XVIIIe.s., trad., Revue et Annotee. Paris: Leroux
Hämmerle, P. Johannes Maria. 2001. Asal Usul Masyarakat Nias Suatu Interpretasi. Gunungsitoli: Yayasan Pusaka Nias Hidayati, Dyah dkk. 2002. Laporan Teknis Inventarisasi BCB/Situs di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Banda Aceh: Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banda Aceh (tidak diterbitkan)
Hurgronje, Snouck. 1985. Aceh di Mata Kolonialis Jilid II. Jakarta: Yayasan Soko Guru
Ibrahim, Ibn Muhammad. 2010. “Penyair dan Diplomat Persia”
Lombard, Denys. 2008. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia
Marsden, William. 2008. Sejarah Sumatra. Jakarta: Komunitas Bambu
Moquette, J.P. 1914. Verslag van Mijn Voorloping Onderzoek de Mohammedansche Oudheiden in Atjeh en Onderhoorgheden, Oudheidukundige Verslag, Bijlage
Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (ed.). 2009. Sejarah Nasional Indonesia III Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Rasjid, Sulaiman. 1989. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru
Reid, Anthony. 2005. Asal Mula Konflik Aceh dari Perebutan Pantai Timur Sumatera hingga Akhir Kerajaan Aceh Abad ke-19. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
_______. 2010. Sumatera Tempo Doeloe dari Marco Polo sampai Tan Malaka. Jakarta: Komunitas Bambu.
Sahar. 2004. “Kaligrafi Makam Kandang XII di Kota Banda Aceh” dalam Arabesk Edisi ke-4. Banda Aceh: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Banda Aceh: 18--23
Said, Mohammad. 1961. Aceh Sepanjang Abad. Medan: Waspada
Soedewo, Ery. 2005. “Ragam Bentuk Nisan dan Jirat Kuna di Tanjungpinang Refleksi Sosial, Politik, dan Budaya di Kawasan Selat Malaka pada Abad XVI – XIX” dalam Berkala Arkeologi Sangkhakala nomor 15. Medan : Balai Arkeologi: 11--35
Sudirman. 2009. Banda Aceh dalam Siklus Perdagangan Internasional 1500-1873. Banda Aceh: Balai Pelestarian sejarah dan Nilai Tradisional.
Yatim, Othman Mohd. 1988. Batu Aceh, Early Islamic Gravestones in Peninsular Malaysia. Kuala Lumpur: Museum Association of Malaysia c/o Muzium Negara
Yatim, Othman Mohd. dan Abdul Halim Nasir. 1990. Epigrafi Islam Terawal di Nusantara. Kuala Lumpur: Dewan kajian Bahasa Kementerian Pendidikan Malaysia.
Website:
http://id.wikipedia.org/wiki/Mercusuar diakses tanggal 28 September 2013