JAKARTA DARI MASA KE MASA: KAJIAN IDENTITAS KOTA “INDONESIA” MELALUI TINGGALAN CAGAR BUDAYA
Main Article Content
Abstract
Identitas Kota Jakarta tidak lepas dari momen sejarah yaitu sejak kemerdekaan tahun 1945. Perkembangan Kota Jakarta sebelum kemerdekaan masih kuat dipengaruhi oleh unsur kolonial Belanda, dan setelah kemerdekaan Indonesia (Kotapraja Djakarta). Namun demikian perkembangan Kota Jakarta pada masa orde Baru hingga kini kembali mendapatkan pengaruh barat melalui difusi kebudayaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif-kualitatif. Kota Jakarta sebagai kesatuan ruang dari berbagai peristiwa sejarah yang terwujud melalui tinggalan materi kini telah ditetapkan dalam SK Gubernur DKI Jakarta No 473/1993 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah di DKI Jakarta sebagai Benda Cagar Budaya yang berjumlah total 132 Cagar Budaya. Cagar Budaya berupa bangunan dan struktur terbanyak terdapat di Kotamadya Jakarta Pusat sebanyak 63 bangunan dan 4 struktur. Kota Jakarta, khususnya Kotamadya Jakarta Pusat pada pasca-kemerdekaan dirancang sebagai kota simbolisme material dimana Monas, Mesjid Istiqlal, dan bangunan perkantoran sama seperti representasi kota pra-kolonial dimana keraton, alun-alun, dan pusat aktivitas perekonomian berdekatan. Seiring dengan perkembangan jaman, kota Jakarta berkembang sebagai kota simbol modernitas, identitas dan representasi budaya Indonesia juga kota internasional. Namun dengan bermunculannya gedung-gedung pencakar langit menetralisir lapisan-lapisan simbolisme material tersebut termasuk kawasan Kotatua Jakarta.
Downloads
Article Details
References
Blackburn, Susan, 2011. Jakarta: Sejarah 400 Tahun. Jakarta: Komunitas Bambu
Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta dan Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia, 2004. Pembuatan Data dan Informasi Bangunan Cagar Budaya Guna Menyempurnakan SK Gubernur No. 475/1993. Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Eryudhawan, Bambang, 2017. “Urban Conservation in Jakarta since 1968” Journal of Archaeology and Fine Arts in Southeast Asia, Vol 1 (2017) pp. 1—20. SEAMEO Regional Centre for Archaeology and Fine Arts (SPAFA)
Evers, Hans-Dieter, 2011. “Urban Symbolism and the New Urbanism of Indonesia,” Peter J.M. Nas (ed.) Cities Full of Symbols: A Theory of Urban Space and Culture. Pp. 187-193. Leiden: Leiden University Press.
Fadillah, Ali Moh. 1999 “Etnisitas dan Nasionalisme Indonesia: Perspektif Arkeologi,”dalam Panggung Sejarah: Persembahan Kepada Denys Lombard; hlm. 120—135. Henri Chambert-Loir dan Hasan M. Ambary (ed.). Jakarta: Ecole Francaise d’Extreme-Orient, Pusat Penelitian Arkeologi dan Yayasan Obor Indonesia
Haris, Tawalinuddin, 2007. Kota dan Masyarakat Jakarta: Dari Kota Tradisional ke Kota Kolonial Abad XVII – XVII. Jakarta: Wedatama Widya Sastra
Heuken, Adolf, 2016. Tempat-Tempat Bersejarah di Jakarta. Jakarta: Cipta Loka Caraka (Edisi kedepalan)
Kaharudin Hendri A.F., dan Muhammad Asyrafi, 2019. “Archaeology in the Making of Nations: The Juxtaposition of Postcolonial Archaeology Study,” Amerta: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, Vol. 3 No. 1 Juni 2019; hlm. 55-69. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
Kehoe, Marsely, L., 2017. “Dutch Batavia: Exposing the Hierarchy of the Dutch Colonial City,” dalam Journal of Historians of Netherlandish Art, Vol. 9, issue 1
------------------------, 2008. “The Paradox of Post-Colonial Historic Preservation: Implications of Dutch Heritage Preservation in Modern Jakarta,” dalam e-polis: Online Student Journal of Urban Studies, Issue 2. University Wisconsin-Milwaukee.
Koentjaraningrat, 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta (cetakan kedelapan)
Loomba, Ania, 2016. Kolonialisme/Pascakolonialisme. Diterjemahkan oleh Hartono Hadikusumo. Yogyakarta: Narasi-Pustaka Promethea.
Makkelo, Ilham, D., 2017. “Sejarah Perkotaan: Sebuah Tinjauan Historiografis dan Tematis,” dalam Lensa Budaya: Journal of Cultural Sciences, Vol 12 No. 2: 83-101. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin, Makasar.
McAtackney, Laura dan Krysta Ryzewski, 2017. Contemporary Archaeology and The City: Creativity, Ruination, and Political Action. Oxford: Oxford University Press.
Moloeng, Lexy, J., 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nas, Peter J.M., 2011 (ed.). Cities Full of Symbols: A Theory of Urban Space and Culture. Amsterdam: Leiden University Press.
Nas, Peter J.M., Marlies de Groot dan Michelle Schut, 2011. “Introduction: Variety of Symbols,” dalam Peter J.M. Nas (ed.) Cities Full of Symbols: A Theory of Urban Space and Culture, pp. 7-25. Leiden University Press.
Nas, Peter J.M, dan Kees Grijns, (ed.), 2007. “Jakarta-Batavia: Suatu Sampel Penelitian Sosio-Historis Mutahir,” Jakarta-Batavia: Esai Sosio-Kultural, hlm 1-23. Jakarta: Banana dan KITLV.
Satriani, Muh Alief Rusli Putra, Nurwahidah, dan Fadhil Surur, 2016. “Kebijakan Pelestarian Bangunan Cagar Budaya sebagai Identitas Kota Makasar,” dalam Prosiding Temu Ilmiah IPLBI tahun 2016. Malang: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Nasional.
Sumintardja, Djauhari dan Ary Sulistyo, 2015. Kajian Pemantauan Cagar Budaya di Jakarta Pusat. Laporan Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kota Jakarta Pusat, Jakarta.
Suparlan, P., 2004. Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta: Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu Kepolisian, Fakultas Pascasarjana, Universitas Indonesia.
Surjomihardjo, Abdurrachman, 2000. Sejarah Perkembangan Kota Jakarta. Jakarta: Dinas Museum dan Pemugaran Provinsi DKI Jakarta.
Zahnd, Markus, 2008. “Model Baru Perencanaan Kota yang Kontekstual: Kajian Tentang Kawasan Tradisional di Kota Semarang dan Yogyakarta Suatu Potensi Perencanaan Kota yang Efektif,” dalam Seri Strategi Arsitektur 3. Yogyakarta: Kanisius dan Soegijapranata University Press.
Zielenbach, S., 2000. The Art of Revitalization: Improving Condition in Distressed Inner-City Neigborhoods. New York: Garland.
SK Gub No. 457 Tahun 1993 tentang Penetapan Bangunan-Bangunan Bersejarah Di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Benda Cagar Budaya
Undang-Undang No 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya.