Kontribusi Arkeologi Bagi Pengembangan Pulau-Pulau Kecil dan Terdepan di Sumatera Bagian Utara

Main Article Content

Baskoro Daru Tjahjono

Abstract

Abstract
An archipelago country consisting of tens of thousands of small and big islands, Indonesia is mostly of a vast waters territory. Despite the amazing maritime potentials they are posed, the small, frontmost islands still experience difficulties in maximazing their natural riches, beauty, and mining potentials for their prosperity. Maritime policy repositioning is significant to implement to optimize those frontmost, small islands’ potentials. Such policy repositinoning shall include economy and politics sectors to optimize people’s welfare through the prioritization of our previously-abandoned maritime sector and integrate it with the land. The archaeological researches in small and frontmost islands may help describe the inhabiting of the islands by ancient people of such periods of pre-historic, classic, Islamic, or colonial. Such archaeological findings suggest the potentials of the small, frontmost islands to be used for the current Indonesian people’s prosperity when handled with care.

Abstrak
Indonesia sebagai negara kepulauan, terdiri atas puluhan ribu pulau, baik kecil maupun besar, dengan sebagian besar wilayahnya adalah lautan luas. Pulau-pulau kecil dan terdepan mempunyai potensi kelautan yang luar biasa, namun kekayaan hayati, keindahan alam, dan pertambangan belum dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kesejahteraan penghuninya. Untuk dapat mengembangkan pulau-pulau kecil dan terdepan secara optimal, perlu adanya reposisi kebijakan kelautan. Reposisi kebijakan kelautan adalah suatu kebijakan politik dan ekonomi dalam rangka pembangunan ekonomi, yang meninggalkan paradigma lama yakni menempatkan sektor kelautan sebagai marjinal, berubah menjadi arus utama dalam pembangunan ekonomi dengan tetap mengintegrasikannya dengan sektor daratan. Penelitian arkeologi di pulau-pulau kecil dan terdepan dapat memberi gambaran bahwa sebagian dari pulau-pulau itu pernah dihuni atau dimanfaatkan manusia pada masa lalu, sejak masa Prasejarah, masa Klasik, masa Islam, maupun masa Kolonial. Ini menunjukkan bahwa pulau-pulau kecil dan terdepan itu sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia masa kini, jika dikelola dengan serius. Untuk menjawab permasalahan itu digunakan metode penelitian deskriptif dengan penalaran induktif melalui penggabungan penelitian sejarah, filologi, dan arkeologi. Pengembangan berbagai potensi tinggalan arkeologis di pulau-pulau kecil dan terdepan yang merupakan hasil penelitian arkeologi merupakan kontribusi arkeologi bagi pengembangan pulau-pulau kecil dan terdepan.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Tjahjono, Baskoro Daru. 2018. “Kontribusi Arkeologi Bagi Pengembangan Pulau-Pulau Kecil Dan Terdepan Di Sumatera Bagian Utara”. Berkala Arkeologi Sangkhakala 17 (2). Medan, Indonesia, 103-20. https://doi.org/10.24832/bas.v17i2.79.

References

Adiwijoyo, Suwarno. 2005. Konsolidasi Wawasan Maritim Indonesia. Jakarta: Pakar.

Koestoro, Lucas Partanda, dkk. 2001. “Penelitian Arkeologi di Pulau Lingga, Kabupaten Kepulauan Riau, Provinsi Riau”. Berita Penelitian Arkeologi No. 05. Balai
Arkeologi Medan.

__________, dkk. 2004. “Arkeologi Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau”. Berita Penelitian Arkeologi No. 11. Balai Arkeologi Medan.

__________. 2007. Laporan Penelitian Arkeologi: Penelitian Arkeologi di Pulau Cingkuk, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Balai Arkeologi Medan.

Kusumastanto, H. Tridoyo. 2002. Reposisi “Ocean Policy” dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia di era Otonomi Daerah. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Kebijakan Ekonomi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

Meilink-Roelofsz, MAP. 1962. Asian Trade And European Influence In The Indonesian Archipelago Between 1500 And About 1630. The Hague: Martinus Nijhoff.

Nugroho, Irawan Djoko. 2011. Majapahit Peradaban Maritim: Ketika Nusantara Menjadi Pengendali Pelabuhan Dunia. Jakarta: Suluh Nuswantara Bakti.

Rais, Jacub, et al. 2008. Toponimi Indonesia: Sejarah Budaya Bangsa yang anjang dari Permukiman Manusia dan Tertib Administrasi. Jakarta: Pradnya Paramita.

Selling, Eleanor, 1981. The Evolution Of Trading States In Southeast Asia Before The 17 th Century. Ph.D thesis in Columbia University

Simatupang, Defri Elias, dkk. 2012. “Persepsi Masyarakat dan Potensi Konflik terhadap Pengembangan Situs Bukit Kerang Kawal Darat di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau”. Berita Penelitian Arkeologi No. 27. Balai Arkeologi Medan.

Soedewo, Ery, dkk. 2013. Laporan Penelitian Arkeologi: Situs Pulau Kampai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Balai Arkeologi Medan.

Suhadi, Machi. 1999. Laporan Penelitian Arkeologi: Penelitian Epigrafi situs Pasir Panjang, kecamatan Karimun, kabupaten Kepulauan Riau, provinsi Riau. Balai Arkeologi Medan.

Susilowati, Nenggih. 2011. “Mozaik Arkeologi di Ujung Negeri, Potensi dan Prospeknya”. Berkala Arkeologi Sangkhakala vol. XIV No. 27, April 2011. Balai Arkeologi Medan.

Sutrisno, Deni dan Repelita Wahyu Oetomo. 2012. “Survei Arkeologi di Gugusan Pulau-pulau Terluar di Kabupaten Serdang Bedagai dan Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatra Utara”. Berita Penelitian Arkeologi No. 27. Balai Arkeologi Medan.

Utomo, Bambang Budi. 2007. Pandanglah Laut Sebagai Pemersatu Nusantara. Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

Wiradnyana, Ketut. 1998/1999. Laporan Penelitian Arkeologi: Survey Megalitik di Pulau Ungar, Kecamatan Kundur, Kabupaten Riau Kepulauan, Provinsi Riau. Balai Arkeologi Medan.

Wolters, O.W. 2011. Kemaharajaan Maritim Sriwijaya dan Perniagaan Dunia Abad III – Abad VII. Jakarta: Komunitas Bambu.