Syailendrawangsa: Sang Penguasa Mataram Kuna
Main Article Content
Abstract
Abstract
The history of the ancient Mataram has been an intriguing discussion matter due to a seemingly endless problematic arising from the lack of data. However, increasing historical, archaeological researches, and new data findings complicate the issue. This article does not aim at providing justification over any of various perspectives proposed by any archaeologists or historians; rather, it tries to reveal and comprehend the historical matter of the ancient Mataram from one point of view. The historical approach suggests that there was only one ruling dynasty in the ancient Mataram, the Syailendrawangsa. Sanjaya was one of the descendant kings of Syailendrawangsa. The origins of the dynasty can be traced back through the Sojomerto inscription found in Batang, Central Java Province. The Syailendrawangsa was established by Dapunta Selendra, a native Indonesian. Mantyasih and Wanua Tengah III, under the instruction of Balitung, tell records about the lineage of the Syailendra dynasty or Syailendrawangsa from Sanjaya though Balitung. Some of the kings believed in Siva and others in Buddha. The inscriptions also have reports on four (4) names of the capital cities of the ancient Mataram: Poh Pitu, Mamratipura, Tamwlang, and Watugaluh; the locations which are not identified exactly. The different locations of the capital suggest the constant mobility of the kingdom centre of power. Early study predicts that the first two mentioned capitals are located in Central Java, while the latter two are in Jombang, East Java Province.
Abstrak
Bicara tentang sejarah kerajaan Mataram Kuna selalu menarik, karena selalu akan ada permasalahan yang muncul akibat terbatasnya data. Namun semakin banyak penelitian sejarah maupun arkeologi dan semakin banyaknya temuan data baru, semakin rumit pula permasalahan yang muncul. Oleh karena itu, maksud tulisan ini tidak untuk membuktikan mana yang benar di antara berbagai pandangan para ahli tersebut, melainkan hanya ingin mengungkap dan memahami permasalahan kesejarahan kerajaan Mataram Kuna dari salah satu sudut pandang saja. Melalui pendekatan dengan metode historis, yang mengikuti salah satu pendapat bahwa hanya ada satu dinasti di kerajaan Mataram Kuna, maka dapat disimpulkan bahwa Syailendrawangsalah penguasa tunggal kerajaan Mataram Kuna. Sanjaya adalah salah satu raja keturunan Syailendrawangsa. Asal-usul dinasti ini dapat diketahui dari prasasti Sojomerto yang ditemukan di Batang Jawa Tengah. Syailendrawangsa didirikan oleh Dapunta Selendra yang merupakan orang asli Indonesia. Dari prasasti Mantyasih dan prasasti Wanua Tengah III yang dikeluarkan oleh Balitung dapat diketahui silsilah raja-raja Dinasti Syailendra atau Syailendrawangsa, yang diawali oleh Sanjaya sampai Balitung. Di antara raja-raja keturunan wangsa Syailendra itu ada yang memeluk agama Siwa dan ada yang memeluk agama Buddha. Diketahui pula adanya empat nama ibukota kerajaan Mataram Kuna, yang menunjukkan bahwa pusat kerajaan sering berpindah tempat. Keempat nama ibukota kerajaan itu adalah Poh Pitu, Mamratipura, Tamwlang, dan Watugaluh. Namun keempat pusat kerajaan itu belum dapat diidentifikasi lokasinya -- baru dapat diperkirakan -- dua nama pertama berada di wilayah Jawa Tengah dan dua nama terakhir diperkirakan di wilayah Jombang Jawa Timur.
Downloads
Article Details
References
Boechari. 1966. Preliminary Report on the Discovery of an Old Malay Inscription at Sojomerto, dalam MISI 3 (2 dan 3): 241--251
Boechari dan A.S. Wibowo. 1986. Prasasti Koleksi Museum Nasional. Jilid I. Jakarta: Proyek Pengembangan Museum Nasional.
Boechari, t.t. Sailendrawangsa dan Isanawangsa. Naskah.
Bosch, F.D.K. 1928. De Inscriptie van Keloerak, dalam TBG 68.
Bosch, F.D.K.. 1925. Een Oorkonde van het Groot Klooster van Nalanda, dalam TBG 65.
Brandes, J.L.A.1913. Steen van Soerabaja”, OJO LII. Batavia/ S. Hage: Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen.
Casparis, J.G. de. 1956a. Inscriptie uit de Çailendra-tijd (Prasasti Indonesia I). Bandung: Masa Baru: 38--41
_______. 1958. Short Inscription from Tjandi Plaosan Lor. Berita Dinas Purbakala No. 4. Djakarta: Dinas Purbakala.
Cœdès, G. 1918. Le Royoume de Çrivijaya, dalam BEFEO 18. Hal. 1--36.
_______.1934. On the Origin of the Çailendra of Indonesia, dalam JGIS Vol. I.
Damais, L.C. 1964. La transcriptions Chinoise Ho-Ling comme designation de Java. BEFEO, LII: 93--141.
Damais, L. C.. 1970. Repertoire Onomastique de l'Épigraphie Javanaise (Jusqu'a Pu Sindok Sri Isanawi-krama Dharmmotu?gadewa): Étude d'Épigraphie Indonésienne. Paris: Publications de EFEO, LXVI..
Djoko Dwiyanto. 1986, Pengamatan Terhadap Data Kesejarahan dari Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908 Masehi”, dalam Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV. Jakarta: Proyek Penelitian Purbakala Jakarta.
Goris, R. 1928. De Oud-Javaansche Inscripties uit het Sri Wedari Museum te Soerakarta, OV. M. Nijhoff Hage/ Albert and Co: 63--71.
Jones, A.M.B. 1984. Early Tenth Century Java from the Inscriptions a Study of Economic, Social, and Administrative Conditions in the First Quarter of the Century. VKI 107. Dordrecht: Foris Publication.
Krom, N.J. 1915. Oudheidkundig Verslag Over Het Tweede Kwartaal 1915. OV. Uitgegeven door het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenscappen, Weitvreden Abrecht and Co/ S. Hage M. Nijhoff.
Kusen. 1994. Raja-raja Mataram Kuna dari Sanjaya sampai Balitung, Sebuah Rekonstruksi berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III. Berkala Arkeologi. Tahun XIV – Edisi Khusus. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta.
Kusumohartono, Bugie. 1993. “Situs Wonoboyo: Permukiman Kuna pada Jenjang yang mana”. Temu Evaluasi Penelitian Wonoboyo. Berkala Arkeologi. Tahun XIII – Edisi Khusus.
Majumdar, R.C. 1933. Les rois Çailendra de Suwarnadwipa, dalam BEFEO 33
Moens, J.L. 1937. Çrivijaya, Yawa en Kataha, dalam TBG 77: 317-487.
Nastiti, Titi Surti. 2002. Pasar pada Masa Mataram Kuna Abad IX-XI Masehi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Poerbatjaraka, R. Ng.. 1958. Çrivijaya, de Sanjaya en de Çailendrawamça, dalam BKI 114: 254--264.
Poesponegoro, Marwati Djoened, dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia II, Jakarta: P.N. Balai Pustaka.
Setiawan, I.G.N. Made Budiana. 1995. Pergeseran Kedudukan Pejabat Tinggi Kerajaan Mataram Kuna Pada Abad IX – X Masehi: Kajian Terhadap Situasi Politik Pemerintahan. Skripsi pada Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Stuart, A.B. Cohen. 1875. Kawi Oorkonden in Facsimile, met inleiding en Transcriptie. Leiden: E.J. Brill.
Stutterheim, W.F. 1935. Een Javaansche Acte van Uitspraak uit het Jaar 922 AD, TBG. Vol. 75: 420-437.