MAKNA ARTEFAK MASA HINDU-BUDDHA DI KRATON KASEPUHAN CIREBON: TINJAUAN SEMIOTIKA PEIRCE
Main Article Content
Abstract
The research conducted in this paper focuses on answering the problem of the meaning of the artifacts of the Classical period found in the Kasepuhan Cirebon palace. The goal to be achieved in this research is to obtain an explanation of the position of the artifacts of the Classical period for the Kraton Kasepuhan Cirebon. In order to answer this research problem, three research steps were applied in the archaeological method, namely data collection, data analysis, and interpretation. Based on the entire research process that has been carried out, it can be seen that the artifacts of the Classical period that are stored in the Kasepuhan Cirebon palace are meaningful as symbols of the status of the king who occupies the highest power. Artifacts of the Classical period were used to strengthen the legitimacy of the King of Cirebon who had the status of "pandita ratu".
Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia banyak meninggalkan tinggalan kebudayaan di beberapa tempat. Salah satu tempat yang masih menyimpan tinggalan kebudayaan masa Klasik adalah Kraton Kasepuhan Cirebon. Artefak masa Klasik yang disimpan di Kraton Kasepuhan Cirebon antara lain berupa Arca Nandi, Lingga dan Yoni. Penempatan artefak ini dapat dihipotesiskan sebagai “kasus ekstrim”, karena biasanya unsur budaya Klasik yang masih dilanjutkan pada masa Islam sifatnya hanya samar-sama. Kajian ini berfokus dalam menjawab makna dari artefak masa Klasik yang terdapat di Kraton Kasepuhan Cirebon. Masalah ini diharapkan dapat menjelaskan kedudukan artefak-artefak masa Klasik tersebut bagi Kraton Kasepuhan Cirebon. Masalah penelitian ini dilakukan melalui analisis semiotika triadik Charles Sanders Peirce. Berdasarkan kajian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa artefak-artefak masa Klasik yang disimpan di Kraton Kasepuhan Cirebon bermakna simbol raja sebagai pemegang kekuatan tertinggi. Artefak masa Klasik digunakan sebagai penguat legitimasi Raja Cirebon yang berstatus “pandita ratu”.
Downloads
Article Details
References
Danasasmita, Saleh. 2015. Melacak Sejarah Pakuan Pajajaran dan Prabu Siliwangi. Bandung: Penerbit Kiblat Utama
Doniger, Wendy. 2001. On Hinduism. London: Oxford University Press
Gibbon, Guy. 2013. Critically Reading the Theory and Methods of Arcahaeology: An Introductory Guide. Maryland: Rowman & Littlefield Publishers.
Hoed, Benny. 2003. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Laporan Penelitian. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Iswahyudi. 2009. “Perkembangan Makna Simbolik Motif Hias Medalion pada Bangunan-Bangunan Sakral di Jawa Pada Abad IX – XVI”, Jurnal Imaji Vol. 7 (1): 1-28.
Kramrisch, Stella. 1998. The Presence of Siva. New Delhi: Motilal Banarsidass Ltd.
Kulke, Hermann. 1978. Devaraja Cult. New York: Department of Asian Studies Cornell University.
Lantowa, J., et al. 2017. Semiotika: Teori, Metode dan Penerapannya dalam Penelitian Sastra. Jakarta: Deepublish.
Mabbett, I. W. 1969. “Devarāja”. Journal of Southeast Asian History, Vol. 10, No. 2 (Sep., 1969): 202-223.
Maulana, Ratnaesih. 1997. Ikonografi Hindu. Depok: Universitas Indonesia
Munandar, A.A. (2019). Kalpalata: Data dan Interpretasi Arkeologi. Jakarta: Wedatama Widyasastra
_____________. (2014). Mitra Satata: Kajian Asia Tenggara Kuna. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Munandar, A, A. dan R. F. Nurlambang. 1995. Ragam Hias Praislam pada Bangunan Islam di Jawa. Laporan Penelitian. Depok: Universitas Indonesia
Nicholson, A. J. 2014. Lord Siva Songs: The Isvara Gita. New York: State University of New York Press
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2010a. Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuna. Jakarta: Balai Pustaka.
_________________________________. 2010b. Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purnama, Iwan. 2015. “Konsep Tata Ruang dan Bangunan Kraton Kasepuhan Cirebon”, Seminar Nasional “Finding The Fifth Elemen After Water, Earth, Wind, and Fire” Local Wisdom and Cultural Sustainability: 22-29.
Rosmalia, Dini. 2018. “Pola Ruang Lanskap Keraton Kasepuhan Cirebon”, Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 2: B074-082.
Santiko, Hariani. 2001. “The Religion of King Purnawarman of Tarumanagara”. Dalam Klokke, M. J. et al. Fruit of Inspiration: Studies in Honour of Prof. J.G. de Casparis. Groningen: Egbert Forsten
Schrieke, B.J.O. 2016. Kajian Historis Sosiologis Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Sedyawati, E., et al. 2013. Candi Indonesia: Seri Jawa. Jakarta: Direktorat PCBM.
Sucipto, Toto. 2010. Eksistensi Kraton di Cirebon: Kajian Persepsi Masyarakat terhadap Keraton-keraton di Cirebon, Patanjala Vol.2 (3), 472-489.
Suwirta, Andi. 2007. “Raja, Wakil Allah, dan Manusia Sempurna: Wacana Pemikiran Politik Islam di Indonesia”. Dalam Suwirta, A. Sejarah dan Pendidikan Sejarah: Perspektif Malaysia dan Indonesia. Kuala Lumpur: Historia Utama Press.
Tjandrasasmita, Uka. 2009. “Kesultanan Cirebon: Tinjauan Historis dan Kultural”. Dalam Uka Tjandrasasmita. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Wahid, Abdurrahman. 2010. Membaca Sejarah Nusantara: 25 Koloni Sejarah Gusdur. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara
Woodward, Mark R. 2017. Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan. Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara.