Emas dalam Budaya Batak

Main Article Content

Nenggih Susilowati

Abstract

Abstract
Golden artifacts have different varieties and decorative patterns, such as in jewellery. The presence of golden artifacts in the past is known presently from the Dutch old record in North Sumatra. At that time, the Bataknese lived an old belief of the ancestor spirits or called the megalithic tradition. The development of gold craftsmanship is seen through the golden artifacts with the typical Batak patterns influenced by the old faith as well as external decorative patterns. The proposed question is how the golden artifacts were integrated into the Bataknese culture. The study aims at collecting more knowledge of the importance of golden artifacts in Bataknese life as well as the cultural aspects reflected on those artifacts. Explorative-descriptive writing method with inductive reasoning is used to get an answer to the problem being proposed. Inductive reasoning begins at the study of data that can give a general conclusion or empirical generalization after data analysis stage process. Golden artifacts are just like pieces of art that bear a unique function in the society as well as describing such social, cultural, and religious aspects of the Bataknese in the ancient North Sumatra.

Abstrak
Artefak emas cukup beragam jenis dan pola hiasnya, di antaranya digunakan sebagai perhiasan. Tentang artefak emas di masa lalu diketahui melalui catatan lama ketika Belanda masuk ke wilayah Sumatera Utara. Pada masa itu etnis Batak pada umumnya masih hidup dalam kepercayaan lama yang berkaitan dengan roh nenek moyang atau dikenal dengan tradisi megalitik. Perkembangan seni kriya emas terlihat melalui artefak emas dengan pola hias khas Batak yang mendapat pengaruh religi lama, dan pola hias yang mendapat pengaruh dari luar. Permasalahannya adalah bagaimana artefak emas menjadi bagian dalam budaya masyarakat Batak ? Tulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan mengenai pentingnya artefak emas dalam kehidupan masyarakat Batak serta aspek-aspek kebudayaan yang tercermin melalui artefak tersebut. Untuk dapat menjawab permasalahan yang diajukan, maka metode penulisan bertipe eksploratif- deskriptif menggunakan alur penalaran induktif. Penalaran induktif berawal dari kajian terhadap data yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang bersifat umum atau generalisasi empiris setelah melalui proses tahap analisis data. Seperti hasil karya seni lain, artefak emas mempunyai fungsi dalam kehidupan masyarakat serta menggambarkan aspek sosial, budaya, dan religi masyarakat Batak di Sumatera Utara di masa lalu.

Downloads

Download data is not yet available.

Article Details

How to Cite
Susilowati, Nenggih. 2018. “Emas Dalam Budaya Batak”. Berkala Arkeologi Sangkhakala 15 (2). Medan, Indonesia, 257-77. https://doi.org/10.24832/bas.v15i2.125.

References

Alfian, Teuku Haji Ibrahim. 1986/1987. “Mata Uang Emas Kerajaan-Kerajaan di Aceh”, Seri Penerbitan Museum Negeri Aceh No. 16. Banda Aceh: Proyek Pengembangan Permuseuman Daerah Istimewa Aceh.

Atmosudiro, Sumijati ed. 2001. Jawa Tengah: Sebuah Potret Warisan Budaya. Yogyakarta: SPSP Prov. Jawa Tengah dan Jur. Arkeologi FIB-UGM.

Berutu, Lister dan Nurbaini Padang. 2006. Mengenal upacara adat pada masyarakat Pakpak di Sumatera Utara, Seri Etnografi Kebudayaan Pakpak. Medan: PT. Grasindo Monoratama.

Guillot, Claude dkk. 2002. Lobu Tua Sejarah Awal Barus. Jakarta: EFEO, Sociation Archipel, Pusat Penelitian Arkeologi, Yayasan Obor Indonesia.

Groeneveldt, W.P. 1960. Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources. Jakarta : C.V. Bharata.

Hadiwijono, Harun.2006. Religi Suku Murba di Indonesia. Jakarta: Gunung Mulia.

Hasanuddin, Samaria Ginting, dan Lisna Budi Setiati, 1997. Ornamen (Ragam Hias) Rumah Adat Batak Toba. Medan: Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Sumatera Utara

Hasibuan, Jamaludin S. 1985. Seni Budaya Batak. Jakarta: tp

Hidayati, Dyah. 2011. “Rekonstruksi Teknologi Pembuatan Deureuham”, Teknologi dalam Arkeologi, Seri Warisan Budaya Sumatera Bagian Utara No.0611: 15-36.

Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Koentjaraningrat. 1983. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Marsden, William. 1999. Sejarah Sumatera (History of Sumatera. London: Black Horse Court, 1811). Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Nasution, Pandapotan. 2005. Adat Budaya Mandailing dalam Tantangan Zaman. Medan: Forkala Prov. Sumatera Utara

Nasution, Edi. 2007. Tulila: Muzik Bujukan Mandailing. Penang: Areca Books.

Nuraini, Cut. 2004. Permukiman Suku Batak Mandailing. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Reid, Anthony. 2010. Sumatera Tempoe Doeloe dari Marco Polo sampai Tan Malaka. Jakarta: Komunitas Bambu.

Rogers, Susan. 1985. Power and Gold: Jewelery from Indonesia, Malaysia, and the Philippines. Geneva: Rue d L”Ecole de-Chimie.

Restiyadi, Andri. 2010. “Catatan tentang Gaya Seni Relief di Candi Simangambat, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara”, Berkala Arkeologi Sangkhakala 13 (25): 1-12.

Soedewo, Ery. 2011. “Jalur-jalur Interaksi di Kawasan Pesisir dan Pedalaman Daerah Sumatra Bagian Utara pada Masa Pengaruh Kebudayaan India (Hindu-Buddha)”, Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol. XIV No. 2: 240-65.

Soejono, R.P. & R.Z. Leirissa ed. 2009. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta: Balai Pustaka.

Sipayung, Hernauli dan S. Andreas Lingga, 1994. Ragam Hias (Ornamen) Rumah Tradisional Simalungun. Medan: Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara

Situmorang, Oloan. 1997. Mengenali Bangunan serta Ornamen Rumah Adat Daerah Mandailing dan Hubungannya dengan Perlambangan Adat. Medan: CV. Angkasa Wira Usaha.

Tanudirjo, Daud Aris. 1989. Ragam Penelitian Arkeologi Dalam Skripsi Karya Mahasiswa Arkeologi Universitas Gadjah Mada, Laporan Penelitian. Yoyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

Website:
Nasution, Edi. 2007. ”Bolang– Ornamen Tradisional Mandailing.” Diakses pada 13 Desember 2011. http://apakabarsidimpuan.com/2010/05/bolang-ornamen-tradisional-mandailing.

Richter, Anne and Bruce W. Carpenter. 2011. Gold Jewellery of the Indonesian Archipelago. Singapura: Didier Millet Pte Ltd. Diakses 16 Oktober 2012. Google Books.

“Tapanuli Selatan dalam Angka”. Diakses pada 15 September 2012. http://akhirmh.blogspot.com/2011/06/nineral-logam-emas-dan-batuan-di.html.
“Pisau Batak Karo” 2012. Diakses pada 18 September 2012. http://budaya-indonesia.org/Pisau-Batak-Karo/. Koleksi Tropenmuseum Amsterdam, Belanda. Diakses 8 Oktober 2012. http://collectie.tropenmuseum.nl, http://www tropenmuseum.nl.