TIPOLOGI MOTIF HIAS TEMBIKAR SITUS PULAU KAMPAI, SUMATERA UTARA
POTTERY DECORATIVE TYPOLOGY OF PULAU KAMPAI SITE, NORTH SUMATERA
Najla Anggraini
Alumni Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi
Reception date : 17/11/2020 |
Last Revision: 09/05/2021 |
Acceptation date: 10/05/2021 |
Published: 10/06/2021 |
To Cite this article : Najla Anggraini, Najla Anggraini. 2021. “TIPOLOGI MOTIF HIAS TEMBIKAR SITUS PULAU KAMPAI, SUMATERA UTARA : [Pottery Decorative Typology of Pulau Kampai Site, North Sumatera]”. Berkala Arkeologi Sangkhakala 24 (1). Medan, Indonesia, 64-75. https://doi.org/10.24832/bas.v24i1.448. |
©2021 Berkala Arkeologi Sangkhakala –This is an open access article under the CC BY-NC-SA license |
Abstract
Pottery is a human creation in the form of objects or containers made of clay which are burned at a burning temperature of 3500C-10000C. The pottery tradition began to be discovered during the cultivation period, in Indonesia pottery became known around 6000 BC, since then pottery has become one of the most important tools in human life. Pottery artifacts are often found at archaeological sites, either intact or in fragments. From the pottery data, there are several aspects that can be studied both in terms of form, decoration and function. The method used in this research is in the form of a special analysis, namely, by observing the attributes of decorative motifs on pottery at the Kampai Island Site, North Sumatra. The data used in this study were the findings of pottery from the excavation of the North Sumatra Archeology Center in 2013. The total number of pottery analyzed in total amounted to 974 shards. The purpose of this study was to determine the typology of decorative pottery motifs at the Kampai Island Site. The results of the research on the analysis of Kampai Island pottery motifs show that there are various decorative motifs so that the classification process of pottery decorative motifs is carried out which can produce several types or typologies of pottery decorative motifs in the Kampai Island Site, namely the types of motifs of lines, squares, circles, and triangles.
Keywords:typology; decorative; pottery; Pulau Kampai site
Abstrak
Tembikar merupakan suatu hasil karya cipta manusia berupa benda atau wadah yang terbuat dari tanah liat yang dibakar pada suhu pembakaran 3500C-10000C. Tradisi tembikar mulai ditemukan pada masa bercocok tanam, di Indonesia tembikar mulai dikenal sekitar 6000 SM, yang sejak saat itu tembikar menjadi salah satu alat perlengkapan yang penting di kehidupan manusia. Artefak tembikar sering ditemukan pada situs arkeologi, baik utuh maupun pecahan. Data tembikar juga dapat diteliti dari beberapa aspek baik dari segi bentuk, hiasan maupun fungsi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini berupa Analisis Khusus yaitu, dengan mengamati atribut motif hias pada tembikar Situs Pulau Kampai, Sumatera Utara. Data yang digunakan pada penelitian ini berupa temuan tembikar dari hasil ekskavasi Balai Arkeologi Sumatera Utara tahun 2013. Jumlah tembikar yang dianalisis secara keseluruhan berjumlah 974 pecahan. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui tipologi motif hias tembikar Situs Pulau Kampai. Hasil penelitian analisis motif hias tembikar Pulau Kampai menunjukan bahwa terdapat motif hias yang beragam sehingga dilakukan proses klasifikasi motif hias tembikar yang dapat menghasilkan beberapa tipe-tipe atau tipologi motif hias tembikar Situs Pulau Kampai, yaitu tipe motif garis, kotak, lingkaran, dan segitiga.
Kata kunci: tipologi; motif hias; tembikar; situs Pulau Kampai
PENDAHULUAN
Kebudayaan pada dasarnya mencakup tiga wujud, yaitu: ide, aktivitas dan artefak. Wujud pertama merupakan ide, gagasan, norma dan peraturan, sedangkan wujud kedua merupakan aktivitas serta tindakan-tindakan dalam masyarakat. Wujud ketiga merupakan artefak berupa benda yang diciptakan oleh manusia untuk melengkapi kebutuhan hidupnya. Artefak sebagai karya manusia dibuat dari berbagai macam bahan, misalnya batu, logam, kayu, bambu dan tanah liat. Artefak dari bahan tanah liat yang dibakar sering disebut dengan istilah tembikar (Atmosudiro 1994, 1)
Tembikar merupakan salah satu hasil kebudayaan manusia yang mulai ditemukan pada masa bercocok tanam. Tembikar mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 6000 SM (Soejono 2008, 228). Bahan baku yang mudah didapat serta proses pembuatan tembikar yang sederhana membuatnya menjadi barang penting dan sering digunakan untuk keperluan sehari-hari. Penelitian mengenai tembikar sangat penting karena dapat mengambarkan kebudayaan suatu masyarakat pendukungnya serta membantu menginterpretasikan sebuah situs (Anne 1984, 15-16). Menurut Atmosudiro (1994, 2), data tembikar dapat mengungkapkan beberapa aspek kehidupan manusia pendukungnya, seperti aspek teknologi, sosial-ekonomi, dan religi. Pandangan dalam disiplin ilmu arkeologi, tembikar menjadi salah satu objek studi yang penting.
Salah satu aspek yang menarik untuk dikaji dalam penelitian tembikar adalah gaya atau stilistik. Kajian stilistik tidak hanya memperlihatkan bentuk dari dekorasi hiasan, namun juga meliputi teknik pembuatan hiasan, sehingga menghasilkan beberapa motif hias.
Motif hias merupakan salah satu ciri dalam usaha peneliti tembikar untuk menentukan ada tidaknya unsur salingmempengaruhi atau variasi baru pada hiasan yang diterapkan dipermukaan tembikar, baik dari segi teknologi, bentuk serta hiasanya. Menurut Koentjaraningrat (2009, 5-6), Perwujudan motif hias merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yakni unsur kesenian hiasan dalam penciptaanya memberikan pengetahuan mengenai gagasan atau ide yang dapat memperlihatkan identitas kelompok atau bahkan dapat mencerminkan sistem kepercayaanya.
Kajian mengenai tembikar di Indonesia telah diteliti oleh banyak arkeolog, baik dari situs prasejarah hingga situs sejarah. Santoso Soegondho mengkaji ragam bentuk tembikar dari Situs Gilimanuk dan Plawangan; Sumijati Atmosudiro mengkaji fungsi tembikar berdasarkan bentuk dan teknik pembuatan tembikar dari Situs Liang Bua, Melolo, dan Lewoleba; Goenadi Nitihaminoto mengkaji ragam hias tembikar dari Situs Gunung Wingko; Bennet Bronson meneliti ragam bentuk tembikar di wilayah Prambanan dan sekitarnya, serta Mundardjito meneliti ragam bentuk tembikar dari Situs Candi Borobudur (Wahyudi 2012, 8-9).
Kajian mengenai tembikar juga telah diteliti di wilayah Sumatera, salah satunya Yusmaini Eriawati yang meneliti tembikar dari Situs Agung Musi Banyu Asin (Muba), Sumatera Selatan melakukan kajian pola hias tembikar, analisis yang dilakukan terdapat beberapa jenis pola hias tembikar, seperti pola jaring, titik, dan belah ketupat (Eriawati 2004, 65).
Salah satu situs di Sumatera Utara yang mengandung tinggalan arkeologi berupa tembikar adalah Situs Pulau Kampai. Situs Pulau Kampai secara administratif masuk dalam wilayah Desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, Pulau Kampai terletak di suatu teluk yakni, Teluk Aru yang menjadi tempat bermuaranya sejumlah sungai dari daratan Pulau Sumatera antara lain Sungai Besitang, Sungai Salahaji, dan Sungai Serangjaya (Soedewo 2013, 131).
Sejauh ini penelitian tentang tembikar dari Situs Pulau Kampai belum pernah diteliti secara lebih spesifik seperti analisis bentuk, teknik hias, dan motif hias. Penelitian tembikar yang pernah dilakukan hanya dibahas secara garis besar saja, yang terdapat pada laporan penelitian ekskavasi.
Berdasarkan hasil laporan penelitian di Situs Pulau Kampai tembikar yang ditemukan sangat bervariasi dari segi bentuk dan motif hias. Variasi motif hias yang beragam tersebut akan menghasilkan beberapa tipe-tipe motif hias tembikar dari Situs Pulau Kampai.
Berdasarkan uraian di atas dapat diperkirakan kemungkinan banyaknya jenis motif hiasan yang akan dijumpai pada tembikar-tembikar berhias dari Situs Pulau Kampai. Adapun permasalahannya adalahbagaimana tipologi motif hias tembikar Situs Pulau Kampai?
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif hias tembikar Situs Pulau Kampai dan dapat membuat tipologi motif hias tembikar Situs Pulau Kampai.
METODE
Penelitian ini menggunakan penalaran induktif, yaitu penalaran yang bergerak dari kajian fakta-fakta atau gejala-gejala khusus untuk kemudian disimpulkan sebagai gejala yang bersifat umum atau empiris. Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis, sifat deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu fakta atau gejala tertentu yang diperoleh dalam penelitian, serta lebih mengutamakan kajian data dari pada menerapkan konsep-konsep, hipotesis atau teori tertentu. Adapun sifat analitis bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan interpretasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, teknik analisis kuantitaif menerapkan pengukuran-pengukuran berdasarkan angka-angka (Tanudirjo 1989, 34-36).
Adapun tahapan yang dilakukan adalah tahap pengumpulan data yang dimaksud oleh James Deetz adalah observasi, atau mengumpulkan hasil data ekskavasi (Deetz 1967, 8-9). Dalam tahap pengumpulan data atau observasi dikategorikan menjadi dua yaitu pengumpulan data primer dan sekunder (Sukendar dkk. 1999, 19). Data primer penelitian ini adalah pecahan tembikarhasil ekskavasi Balai Arkeologi Sumatera Utara tahun 2013 di Situs Pulau Kampai yang berjumlah 974 pecahan, sedangkan data sekunder adalah studi pustaka dengan cara mengumpulkan sumber-sumber terkait topik yang ditulis seperti artikel, buku, dan laporan.
Tahap pengolahan data dilakukan dengan melakukan pendeskripsian secara verbal dan piktoral. Dalam deskripsi secara verbal, yang dideskripsikan adalah atribut khusus berupa motif hias dan deskripsi piktorial berupa foto dan gambar dari objek penelitian. Selanjutnya analisis data, analisis yang dilakukan pada penelitian ini merupakan analisis khusus dengan memperhatikan atribut-atribut yang terdapat pada pecahan tembikar. Atribut yang telah ditetapkan tersebut menjadi dasar untuk klasifikasi. Melalui hasil klasifikasi yang memiliki persamaan maka akan menghasilkan suatu tipe (Clarke 1978, 459). Analisis tipologi yang diamati adalah ciri intrinsik dan sifat fisik data tembikar, antara lain, menyangkut bentuk, ukuran, hiasan, warna, bahan, jejak pembuatan, dan lain sebagainya (Rangkuti 2008, 25).
Selanjutnya tahap eksplanasi yaitu tahap penarikan kesimpulan dari data yang telah diolah pada tahap sebelumnya (Sharer dkk. 1992, 117). Analisis pada tahap sebelumnya disatukan dan akan menghasilkan suatu kesimpulan akhir yang akan diilustrasikan dengan gambar dan foto motif hias tembikar. Penyimpulan terakhir pada tahap ini berisi tentang berbagai macam motif hias hasil dari tipologi motif hias yang terdapat pada tembikar Situs Pulau Kampai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Situs Pulau Kampai
Situs Pulau Kampai berlokasi di Desa Pulau Kampai, Kecamatan Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Secara geografis, Pulau Kampai terletak di Teluk Aru yang menjadi tempat bermuaranya Sungai Besitang, sungai Salahaji, dan Sungai Serangjaya. Pulau Kampai terpisahkan dari Pulau Sumatera oleh selat sempit yang berupa Sungai Serangjaya. Tepat di Selatannya terdapat Pulau Sembilan yang juga terletak di Kawasan Teluk Aru (Soedewo 2013, 131).
Gambar 1. Keletakan Pulau Kampai dan Kawasan Penelitian tahun 2013
(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Utara 2017)
Gambar 2.Kondisi Lingkungan Di Lokasi Ekskavasi Situs Pulau
Kampai (Sumber: Penulis 2017)
Balai Arkeologi Sumatera Utara pada tahun 2013 melakukan ekskvasi di Situs Pulau Kampai. Ekskavasi dilakukan dengan membuka lima buah kotak ekskvasi yang berlokasi di lapangan salah satu Sekolah Dasar Negeri No. 050 778, areal lapangan yang sebagian besar permukaannya tertutup oleh pasir halus, sedangkan sisanya tertutup oleh rerumputan. Di lahan ini digali lima kotak gali (tiga kotak gali berukuran 2 m x 2 m, sedang dua sisanya berukuran 1 m x 2 m), sehingga luas total yang digali adalah 16 m dengan kedalaman rata-rata maksimal 80 cm (Soedewo 2013, 136 - 137).
Teknik ekskvasi yang dilakukan Balai Arkeologi Sumatera Utara menggunakan teknik layer atau satuan stratigrafi, adapun lima kotak ekskavasi yaitu : Kotak U9T1 (SS 100, 101, 102, 103, dan 104), Kotak U43T3 (SS 200, 201, 202, 203, 204, dan 205), Kotak U26T21 (SS 300, 301, 302, 303, dan 304), Kotak U27T20 (SS 400, 401, 402, dan 403) dan Kotak U10T1 (SS 500, 501, 502 dan 503). Berikut ini gambar peta keletakan kotak ekskavasi Situs Pulau Kampai tahun 2013 dan foto kotak ekskvasi.
Motif Hias Tembikar
Situs Pulau Kampai
Tembikar Hasil ekskavasi Situs Pulau Kampai terdiri dari bagian, tepian,badan,dasar,karinasi,dansebagainya. Temuan tersebut berasal dari lima kotak ekskavasi, yaitu U9T1, U43T3, U26T21, U27T20 dan U10T1. Objek penelitian ini adalah tembikar berhias yang jumlah keseluruhannya sebanyak 974 pecahan. Persebaran pada tiap kotak pada satuan stratifigarfi ada pada tabel 1 berikut.
Tabel 1.Persebaran pecahan tembikar berhiasSitus Pulau Kampai 2013
SS |
KOTAK EKSKAVASI |
JML |
||||
U9T1 |
U43T3 |
U26T21 |
U27T20 |
U10T1 |
||
1 |
|
1 |
63 |
34 |
|
|
2 |
|
238 |
117 |
15 |
|
|
3 |
100 |
145 |
64 |
81 |
|
|
4 |
27 |
16 |
|
|
|
|
5 |
|
30 |
|
|
13 |
|
JML |
127 |
430 |
274 |
130 |
13 |
974 |
Temuan pecahan tersebut terdapat pada kantong plastik yang telah dibagi menurut kotak. Pada setiap kantong plastik yang menunjukkan kotak tersebut, di dalamnya terbagi lagi berdasarkan satuan stratigrafi, bagian pecahan (badan, tepian, karinasi, dan sebagainya) dan berdasarkan ada atau tidaknya hiasan. Pecahan tembikar tersebut telah diberikan label kertas yang terdapat pada setiap kantongnya. Label kertas tersebut berisikan keterangan mengenai situs, kotak, satuan stratifigrafi, jenis temuan, nomor temuan, tanggal, kedalaman, berat serta jumlah. Berikut uraian motif hias tembikar dari Situs Pulau Kampai.
Motif Garis
Gambar 3. Tembikar Motif Garis
(Sumber: Penulis, 2017)
Motif garis adalah coretan panjang pada sebuah bidang datar (papan, kertas, dan sebagainya), pada dasarnya bentuk garis berdasarkan orientasi dan bentuknya yaitu horizontal (mendatar), vertikel (tegak), diagonal (miring/ serong), zigzag, gelombang, menyilang dan lengkung. Secara keseluruhan pecahan tembikar motif garis berjumlah 845 pecahan.
Motif Kotak
Motif kotak merupakan bangun datar yang memiliki empat jumlah sisi, dari setiap ke empat sisi memiliki sudut siku yang sama panjang. Secara keseluruhan tembikar motif kotak berjumlah 61 pecahan.Berikut contoh motif hias kotak tembikar.
Gambar 4. Tembikar Motif Kotak
(Sumber: Penulis, 2017)
Motif Lingkaran
Motif Lingkaran merupakan suatu garis yang melingkar, tidak memiliki sudut, garisnya tidak memiliki ujung (menyambung) serta bagian dalamnya memiliki rongga.Secara keseluruhan tembikar motif lingkaran berjumlah 36 pecahan.Berikut sampel motif lingkaran tembikar Situs Pulau Kampai.
Gambar 5. Tembikar Motif Lingkaran
(Sumber: Penulis, 2017)
Motif Segitiga
Motif segitiga merupakan bangun datar yang dibatasi oleh tiga sisi dan mempunyai tiga sisi sudut 180o.Secara keseluruhan motif tembikar segitiga berjumlah 30 pecahan.Berikut sampel motif lingkaran tembikar situs Pulau Kampai.
Gambar 6. Tembikar Motif Segitiga
(Sumber: Penulis, 2017)
Motif Campuran
Motif hias campuran merupakan suatu motif hias yang ditorehkan pada sebuah benda lebih dari satu bentuk motif hias. Motif ini terdiri dari gabungan bentuk lingkaran dan garis, dan gabungan setengah lingkaran dan garis. Secara keseluruhan motif campuran berjumlah 12 pecahan. Berikut contoh motif campuran dengan motif gabungan dari bentuk dua garis dan lingkaran.
Gambar 7. Tembikar Motif Campuran
(Sumber: Penulis, 2017)
Tipologi Motif Hias Tembikar
Situs Pulau Kampai
Berdasarkan analisis motif hias di Situs Pulau Kampai terdapat lima bentuk motif hias, yaitu bentuk garis, kotak, lingkaran segitiga, dan campuran. Pada setiap motif hias terdapat variasi dan sub-variasi motif hias, variasi dan sub-variasi tersebut berdasarkan dari masing–masing motif hias. Untuk mempermudah dalam analisis maka digunakan penamaan huruf kapital untuk penetapan tipe, variasi, dan sub-variasi. Tipe pertama dengan motif bentuk garis dinamakan tipe A, tipe kedua dengan motif hias bentuk kotak dinamakan tipe B, tipe ketiga dengan motif bentuk lingkaran dinamakan tipe C, tipe ke empat dengan motif hias bentuk segitiga dinamakan tipe D dan ke lima dengan motif hias campuran dinamakan tipe E. Tabel berikut akan menjelaskan penamaan tipe, variasi dan sub-variasi motif hias tembikar.
Tabel 2. Penamaan Tipe,
Variasi dan Sub – Variasi Motif Hias Tembikar
NO |
TIPE |
VARIASI |
SUB- VARIASI
|
3.1. 4. |
A= Garis |
Aa = Garis Sejajar |
Aa1 = Garis Sejajar Rapat |
Aa2 = Garis Sejajar Renggang |
|||
Aa3 = Garis sejajar yang tidak berpotongan (Duri Ikan) |
|||
Aa4 = Garis Gelombang |
|||
Ab = Garis Tidak Sejajar |
Ab1 = Garis Tidak Sejajar Renggang |
||
Ab2 = Garis Tidak Sejajar Rapat |
|||
Ab3 = Garis Tidak Sejajar |
|||
2. |
B = Kotak |
Ba = Kotak |
|
Bb =Belah ketupat |
|||
3. |
C = Lingkaran |
Ca = Elips |
|
Cb =Lingkaran |
|||
4. |
D = Segitiga |
Da = Segitiga Terbalik atau Huruf V |
|
5. |
E = Campuran |
Ea =Lingkaran dan Garis |
|
Eb = Garis dan Setengah lingkaran |
|||
Ec =Sulur-suluran |
|||
Ed = Garis dan Segitiga |
(Sumber: Penulis, 2019)
Tipe A
Tipe A merupakan penyebutan kode dari motif garis. Secara kuantitatif tipe ini memiliki jumlah paling banyak dibandingkan dengan tipe-tipe yang lain, yakni terdapat pada 835 pecahan. Motif hias tipe ini tersebar pada semua kotak ekskavasi. Tembikar sebanyak 835 pecahan tersebut terdapat penggambaran yang berbeda berdasarkan keletakan garisnya, yakni terdapat garis sejajar dan garis tidak sejajar. Indikasi tersebut memunculkan dua variasi pada tipe A yang selanjutnya disebut Aa yang mengacu pada bentuk garis sejajar dan Ab mengacu pada bentuk garis yang tidak sejajar.
Variasi Aa
Variasi motif garis Aa merupakan penyebutan bagi variasi garis sejajar yang terdapat pada permukaan tembikar. Bentuk variasi Aa terdapat sebanyak 689 pecahan tembikar dari lima kotak ekskavasi. Berdasarkan bentuk hias garis pada variasi Aa terdapat empat sub variasi, yaitu sub-variasi Aa1, Aa2, Aa3 dan Aa4.
Gambar 8. Tembikar Variasi Aa
(Sumber: Penulis, 2017)
Sub-Variasi Aa1
Bentuk Aa1 merupakan sub-variasi dari Aa karena berupa bentuk garis sejajar yang memiliki jarak yang sama satu sama lain. Bentuk sub-variasi Aa1 terdapat sebanyak 215 pecahan.
Gambar 9. Tembikar Sub-Variasi Aa1
(Sumber: Penulis, 2017)
Sub- Variasi Aa2
Bentuk Aa2 merupakan bentuk garis sejajar yang dipolakan berulang dengan jarak yang berjauhan. Bentuk sub-variasi Aa2 terdapat sebanyak 113 pecahan.
Gambar 10. Tembikar Sub-Variasi Aa2
(Sumber: Penulis, 2017)
Sub-Variasi Aa3
Bentuk Aa3 hampir sama dengan sub-variasi Aa2 yang membedakanya adalah penempatan garis sejajar tersebut, namun tidak berpotongan. Motif ini sama dengan bentuk duri ikan. Bentuk sub-variasi Aa3 terdapat sebanyak 233 pecahan.
Gambar 11. Tembikar Sub-Variasi Aa3
(Sumber: Penulis, 2017)
Sub-Variasi Aa4
Bentuk Aa4 merupakan bentuk garis sejajar dengan bentuk garis gelombang atau melengkung. Bentuk sub-variasi Aa4 terdapat sebanyak 116 pecahan.
Gambar 12. Tembikar Sub-Variasi Aa4
(Sumber: Penulis, 2017)
Variasi Ab
Variasi Ab merupakan penamaan variasi dari motif garis A yang memiliki bentuk garis tidak sejajar, namun tidak berpotongan. Pecahan tembikar yang memiliki motif variasi Ab berjumlah 162 pecahan. Berdasarkan dari bentuk garis variasi Ab terdapat tiga sub-variasi kembali yaitu, sub-variasi Ab1, Ab2 dan Ab3.
Gambar 13. Tembikar Variasi Ab
(Sumber: Penulis, 2017)
Sub-Variasi Ab1
Bentuk motif hias ini merupakan variasi dari bentuk garis tidak sejajar yang memiliki bentuk garis yang renggang atau berjauhan. Bentuk sub-variasi Ab1 terdapat sebanyak 39 pecahan.
Gambar 14. Tembikar Sub-Variasi Ab1
(Sumber: Penulis, 2017)
Sub-Variasi Ab2
Bentuk Ab2 merupakan variasi dari bentuk garis tidak sejajar yang memiliki bentuk garis yang rapat antar garisnya.Bentuk sub-variasi Ab2 Terdapat sebanyak 50 pecahan.
Gambar 15. Tembikar Sub-Variasi Ab2
(Sumber: Penulis, 2017)
Sub-Variasi Ab3
Bentuk Ab3 merupakan variasi bentuk garis tidak sejajar.Bentuk variasi ini terdapat sebanyak 73 pecahan.
Gambar 16. Tembikar Sub-Variasi Ab3
(Sumber: Penulis, 2017)
Tipe B
Tipe B merupakan penamaan yang mengacu pada bentuk kotak. Secara keseluruhan pecahan yang memiliki motif hias tipe B berjumlah 61 pecahan yang tersebar di lima kotak ekskavasi. Dalam penggambaranya, tipe B memiliki dua bentuk yang berbeda, sehingga perbedaan tersebut menghasilkan dua variasi. Bentuk tersebut berupa persegi panjang dan belah ketupat. Variasi tipe B terbagi dua, yaitu Ba dan Bb. Variasi Ba mengacu pada motif persegi panjang dan Bb mengacu pada motif belah ketupat.
Variasi Ba
Bentuk variasi Ba merupakan hasil dua garis atau lebih yang saling berpotongan tegak lurus, sehingga menghasilkan motif persegi. Bentuk Variasi Ba terdapat 22 pecahan.
Gambar 17. Tembikar Variasi Ba
(Sumber: Penulis, 2017)
Variasi Bb
Bentuk variasi Bb merupakan motif belah ketupat, yang dihasilkan dari perpotongan dua garis atau lebih yang tidak tegak lurus. Jumlah motif variasi Bb sebanyak 39 pecahan.
Gambar 18. Tembikar Variasi Bb
(Sumber: Penulis, 2017)
Tipe C
Motif tipe C merupakan motif lingkaran. Secara keseluruhan pecahan yang memiliki motif hias tipe C berjumlah 29 pecahan yang tersebar di lima kotak ekskavasi. Berdasarkan bentuk motifnya terdapat dua variasi bentuk motif hias yaitu elips dan lingkaran. Variasi tipe C adalah Ca yang mengacu pada motif elips, dan Cb mengacu pada motif lingkaran.
Variasi Ca
Motif variasi Ca merupakan motif dari bentuk elips.Variasi ini ditemukan sebanyak 16 pecahan.
Gambar 19. Tembikar Variasi Ca
(Sumber: Penulis, 2017)
Variasi Cb
Motif variasi Cb merupakan motif dari bentuk lingkaran. Variasi ini ditemukan sebanyak 13 pecahan.
Gambar 20. Tembikar Variasi Cb
(Sumber: Penulis, 2017)
Tipe D
Tipe D merupakan penamaan yang mengacu pada bentuk segitiga.Secara keseluruhan pecahan yang memiliki motif hias tipe D berjumlah 30 pecahan. Bentuk tersebut berupa bentuk motif segitiga terbalik atau menyerupai huruf V. Variasi tipe D, yaitu Da. Variasi Da mengacu pada motif segitiga terbalik atau menyerupai huruf.
Gambar 21. Tembikar Tipe D
(Sumber: Penulis, 2017)
Variasi Da
Motif variasi Da merupakan variasi motif dari bentuk segitiga terbalik atau huruf V. Variasi ini ditemukan sebanyak 30 pecahan.
Gambar 21. Tembikar Variasi Da
(Sumber: Penulis, 2017)
Tipe E
Tipe E mengacu pada motif campuran. Pada tipe E terdapat 12 pecahan. Pada motif campuran ini terdapat tiga variasi, yaitu variasi Ea, Eb dan Ec. Variasi Ea mengacu pada bentuk lingkaran dan garis, variasi Eb mengacu pada bentuk setengah lingkaran dan garis tengah, variasi Ec mengacu pada garis dan sulur-suluran, dan Ed mengacu pada garis dan segitiga.
Variasi Ea
Motif variasi Ea merupakan motif dari bentuk lingkaran dengan garis. Variasi ini ditemukan sebanyak lima pecahan.
Gambar 22. Tembikar Variasi Ea
(Sumber: Penulis, 2017)
Variasi Eb
Motif variasi Eb merupakan motif dari bentuk setengah lingkaran dengan garis tengah.Variasi ini ditemukan sebanyak tujuh pecahan.
Gambar 23. Tembikar Variasi Eb
(Sumber: Penulis, 2017)
Variasi Ec
Motif variasi Ec merupakan motif dari bentuk garis dan sulur-suluran yang hanya ditemukan satu pecahan.
Gambar 24. Tembikar Variasi Ec
(Sumber: Penulis, 2017)
Variasi Ed
Motif Ed merupakan motif dari bentuk garis dan segitiga.Variasi Ec ini hanya ditemukan satu pecahan.
Gambar 24. Tembikar Variasi Ed
(Sumber: Penulis, 2017)
Tabel 3. Jumlah Keseluruhan Tipologi Motif Hias Tembikar Situs Pulau Kampai
TIPOLOGI MOTIF HIAS |
TOTAL |
|||||
Tipe |
A |
B |
C |
D |
E |
974 |
JML |
835 |
61 |
36 |
30 |
12 |
Berdasarkan tabel di atas menunjukan hasil analisis yang dilakukan bahwa motif garis (tipe A) di Situs Pulau Kampai secara keseluruhan berjumlah 835 pecahan, motif kotak (tipe B) berjumlah 61 pecahan, dan motif lingkaran (tipe C) berjumlah 36 pecahan, motif segitiga (tipe D) 30 pecahan dan motif campuran (tipe E) 12 pecahan. Berikut diagram persentase motif hias dari Situs Pulau Kampai. Berikut diagram persentase keseluruhan motif hias tembikar Situs Pulau Kampai.
Gambar 25. Persentase Keseluruhan Motif Hias Tembikar Situs Pulau Kampai tahun 2013 (Sumber: Penulis, 2019)
KESIMPULAN
Tembikar
dari hasil ekskavasi Balai Arkeologi Sumatera tahun 2013 di sSitus Pulau
Kampai secara keseluruhan berjumlah 974 pecahan. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, maka dihasilkan lima tipe motif hias. Tipe-tipe tersebut terdiri
dari tipe A mengacu pada bentuk garis, tipe B mengacu pada bentuk kotak, tipe C
mengacu pada bentuk lingkaran, tipe D mengacu pada bentuk segitiga dan tipe E
mengacu pada motif campuran.
Berdasarkan data yang dianalisis diketahui bahwa bentuk hiasan yang paling banyak terdapat pada pecahan tembikar berhias adalah bentuk garis atau tipe A. Keseluruhan tipe ini dimiliki oleh 835 (86%) pecahan tembikar tipe B, 61 (6%) pecahan tembikar tipe C,36 (4%) pecahan tembikar tipe D, 30 (3%) pecahan tembikar tipe E, 12 (1%).
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih kepada Balai Arkeologi Sumatera Utara yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian ini. Terimakasih kepada Dr. Ery Soedewo, M.Hum. Andri Restiyadi, M. A, Stanov Purnawibowo, M. A dan Replita Wahyu Oetomo, S.S yang telah memberi masukan dan saran dalam pengumpulan data. Terimakasih juga kepada dosen Universitas Jambi Ari Mukti Wardoyo, M. A,Asyhadi Mufsi Sadzali, M. A dan Agus Sudaryadi, S.S yang telah membimbing dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Anne. 1984. Interpreting Pottery. London; B T Bastford Ltd.
Atmosudiro, Sumijati, 1994. Gerabah prasejarah di Liang Bua, Melolo dan Lowoleba. Tinjauan teknologi dan fungsi. (Disertasi), Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Clarke, D.L, 1978. Analytical Archaeology, New York: Columbia.
Deetz, James. 1967. Invitation to Archaeology. American Museum ScienceBook.Published for The American Museum of Natural History. New York: The Natural History Press.
Eriawati, Yusmaini, 2004. Pola Hias Tembikar dari Situs Karang Agung Musi Banyu Asin (Muba), Sumatera Selatan. (Amerta Berkala Arkeologi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan ke 8. Jakarta: P. T Rinike Cipta.
Rangkuti, Nurhadi& Pojoh, Inggrid H. E. 2008.Buku Panduan Analisis Keramik. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Sharer, Robert J & Wendy Ashmore. 1992. Archaeology Discovering Our Past (2nd.ed) California: Mayfield publishing company.
Soedewo, Ery, 2013. “Perkembangan Penelitian Kepurbakalaan di Pulau Kampai, Sumatera Utara” dalam Archipel 86. Paris: Association Archipel EHESS.
Soejono, R.P. 2008. Sejarah Nasional Indonesia 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Sukendar, Haris Dkk, Metode Penelitian Arkeologi.1999.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Tanudirdjo, Daud Aris. 1989. “Ragam Metode Penelitian Arkeologi dalam Skripsi Karya Mahasiswa Arkeologi Universitas Gadjah Mada”, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada.
Wahyudi, Wanny, Rahardjo, 2012. Tembikar Upacara di Candi – Candi Jawa Tengah Abad ke 8- 10. (Jakarta: Wedatama Widya Sastra)